Membahasakan Bahasa Yang Baik Dalam Keanekaragaman Dialek

Sebuah Etimologis untuk Bulan Bahasa dan Sastra Oktober 2024

Uncategorized234 Views
banner 468x60

Jufri Deny H. Pakh, SP *)

banner 336x280

Thema bulan Bahasa dan Sastra dari Kemendikbud Oktober 2024 yaitu “Berbahasa Cerdas untuk Generasi Emas” dengan harapan ketika kita melantunkan Bahasa, baik itu ketika berbicara dalam dialek atau logat suatu komunitas suku bangsa yang memang menjadi ciri khas suatu masyarakat suku di Indonesia maupun di belahan dunia ini maka kita mampu tetap menjaga Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional walaupun terbentur pada keanekaragaman dialek.

Fenomena dialek yang beraneka ragam bukan menjadi hambatan ketika kita ingin berbahasa Indonesia yang baik dan benar untuk mewujudkan kecintaan kita pada bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesia.

Manusia adalah makhluk sosial. Seseorang dipandang sebagai individu yang terpisah dari orang lain tapi merupakan anggota masyarakat. Oleh karena itu, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala sosial.Untuk

memenuhi hasrat sebagai manusia memerlukan alat untuk berkomunikasi berhubungan dan bekerja sama adalah bahasa. Hal itu dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari baik di kantor, di pasar, maupun di lapangan hidup yang lain. Bahasa dalam berbagai situasi, dengan demikian bahasa tidak dapat terlepas dari manusia dan setiap kegiatannya. Bahasa adalah alat komunikasi yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan dan perkataannya (Samsuri,1987:5).

Sebagai alat komunikasi bahasa selalu dipengaruhi oleh lingkungan penggunaannya. Pengaruh ini menyebabkan terjadinya variasi bahasa. Variasi bahasa adalah ragam bahasa yang ditentukan oleh faktor situasi dan fungsi bahasa. Keanekaragaman bahasa tampak dalam pemakarannya baik secara individu maupun secara kelompok disebut diolek, dan secara indidvidu disebut idiolek. Pandangan muncul dari Bloomfield ( Sumarsono,2009:18) bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Bahasa selalu mengalami perubahan. Perubahan itu diakibatkan oleh pengaruh timbal-balik antara bahasa dan dinamika pemakaian bahasa, antar bahasa dan mobilitas bahasa. Patteda (1987: 77) menyatakan, bahwa bahasa bersifat dinamis, karena terjadi perubahan-perubahan, terutama dalam penambahan kosakata dan aspek-aspek lain dan bahasa. Sehubungan dengan masalah bahasa dan pemakaiannya, salah satu dari obyek penelitian yang dikaji adalah masalah dialek dengan berbagai komponen unsur kebahasaan yang terkandung di dalamnya.

Suatu dialek tumbuh karena adanya variasi bahasa, yang bisa terjadi karena adanya perbedaan tempat, waktu, situasi, dan dialek yang berkaitan dengan bentuk sapaan, status, pemakarannya (Patteda, 1987: 52). Istilah dialek berasal dari kata Yunani dialektos yang berarti padanan “logat” yang lebih umum digunakan dalam pembicaraan bahasa itu menurut (Ayarnohaedi, 1979: 2) Dialek adalah sistem bahasa yang berlainan walaupun erat hubungannya. Dikatakan pula bahwa dialek “Logat” mempunyai dua ciri yaitu (1) Dialek ialah seperangkat untuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip kesamaannya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, (2) Tidak harus mengambil semua bemtuk ujaran dari sebuah bahasa (Ayarnohaedi, 1979: 2).

Suatu dialek tumbuh karena adanya variasi bahasa yang bisa terjadi karena adanya perbedaan tempat, waktu, situasi, dan dialek yang berkaitan dengan bentuk sapaan, status, dan pemakaianya (Patteda, 1987:52).Istilah dialek berasal dari kata yunani dialektos yang berarti padanan “Logat” yang lebih umum digunakan dalam pembicaraan bahasa itu. Menurut (Ayarnohedi,1979:2) Dialek adalah Sistem bahasa yang yang berlainan walaupun erat hubungannya. Dikatakan pula bahwa dialek “Logat” mempunyai dua ciri yaitu (1) Dialek adalah seperangkat untuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing- masing lebih mirip kesamaanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, (2) Tidak harus mengambil bentuk ujaran dari sebuah bahasa (Ayarnohedi,1979:2)

Dialek

Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai atau kumpulan idiolek yang ditandai oleh ciri-ciri khas dalam tata bunyi, kata-kata ungkapan dan sebagainya, Keraf (1984: 19). Dialek juga memiliki pengertian suatu ragam bahasa yang berhubungan dengan daerah atau lokasi geografi (Nababan, 1984: 14).

Enam jenis dialek dapat dijabarkan sebagai berikut:

(1) Dialek Geografis, adalah variasi yang ditandai oleh keseluruhan ciri kedaerahan. Perbedaan itu tampak dalam pemakaran gejala bunyi tertentu. Gejala-gejala bahasa yang biasa menandai antara dialek yang satu dan yang lain adalah bunyi (fon).

(2) Dialek Sosial merupakan Dialek yang ditandai oleh perbedaanlatar belakang sosial penuturnya. Misalnya, penggunaan dialek dalam penuturan kebangsawanan atau kerajaan, menggunakan bahasa yang ada di kerajaan tersebut, misalnya bahasa “sikka-krowe”. Faktor kebangsawanan ini sudah tidak digunakan lagi.

(3) Dialek Jenis Kelamin, jenis kelamin merupakan faktor penentu variasi bahasa. Variasi bahasa yang digunakan oleh kaum pria.

(4) yang disebut dialek pria, sedangkan sialek untuk kaum wanita disebut dialek wanita, hal itu dapat dibedakan dalam warna suara.

(5) Dialek Profesi, yaitu Variasi bahasa yang biasa digunakan oleh penuturnya yang dilatarbelakangi oleh  profesinya. Akibat profesinya, penutur bahasa terbiasa menggunakan istilah-istilah kha yang digunakan dalam profesinya. Misalnya istilah “Paplele” digunakan oleh orang yang berprofesi sebagai pedagang.

(6) Dialek Usia, merupakan Variasi bahasa yang ditandai oleh latar belakang usia penuturnya yang dibedakan menjadi tiga macam yaitu dialek anak-anak, dialek kaum muda, dan dialek kaum tua.

(7) Dialek Suku, merupakan Variasi suatu bahasa yang dilatarbalakangi oleh suku penuturnya. Terjadinya dialek suku disebabkan karena dipakainya bahasa oleh suku bukan poemilik bahasa. Misalnya, ada dialek. Variasi  bahasa adalah sejenis ragam bahasa yang pemakarannya disesuaikan dengan fungsi dan situasi tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa itu, (Alwasilah, 1986: 29).

Pengalaman penulis, setelah merantau dari Kupang Nusa Tenggara Timur dan menerap lebih dari 12 Tahun di Bitung – Sulawesi Utara, dialek telah membawa keragaman unik dalam keakraban dimana cara tutur mengungkapkan variasi dialek, namun dengan mengedepankan Bahasa Indonesia yang baik dan benar maka apapun dialek kita tetap kita satu Indonesia, satu kobaran jiwa dan semangat dalam Sumpah Pemuda untuk menjunjung satu bahasa yaitu Bahasa Indonesia.

 

*) Pendiri Taman Baca Masyarakat Sitou Timou Tumou Tou Girian

banner 336x280

Comment